Coretan Kecil Mahasiswa Baru Kampus Kuning (Part 1)
Kamu, aku, kita semua pastinya
Pernah punya cita yang luar biasa
Kamu, aku, kita semua pastinya
Pernah mencoba, walau tak yakin kita bisa
Pernah punya cita yang luar biasa
Kamu, aku, kita semua pastinya
Pernah mencoba, walau tak yakin kita bisa
Itulah kutipan
lirik lagu dari sebuah Boyband Indonesia yang dulu seringkali dianggap tak
bermutu dan mendapat cemoohan dari berbagai kalangan masyarakat, terkecuali aku
yang telah menyadari perjuangan mereka dan terinspirasi dari bagaimana cara
hidup mereka.
Barangkali banyak
dari kalian yang bertanya-tanya
“Jadi Maba di UI gimana sih”
“Ospeknya gimana
sih?”
“Anak-anak UI sombong-sombong ya?
Or whatever yang gak kebayang untuk gue tulis di paragraf ini. Tenang
aja, jawaban dari pertanyaan kalian akan gue jawab secara langsung maupun gak
langsung di tulisan gue kali ini.
First Semester: Masa-masa gue merasa keren sebagai anak UI
First Semester: Masa-masa gue merasa keren sebagai anak UI
Siapa yang gak
bangga baru keterima UI. Selain bangga ama diri sendiri, keluarga juga bangga.
Gue pun kebanjiran pujian dari sana-sini mengenai ‘kehebatan’ gue sebagai
perwakilan pertama keluarga gue yang jarang banget masuk Universitas bagus
(mentok-mentok PTN di daerah). Besar kepala? Jelas, tapi gue sadar akan beban
berat yang akan gue tanggung nantinya. Mau tahu beban pertama? That’s right!! Ia bernama Ospek.
Ospek: OKK UI, PSAK FISIP UI, dan Comspire
Ospek: OKK UI, PSAK FISIP UI, dan Comspire
OKK UI 2017 |
Apasih bayangan
pertama kalian tentang ospek? Banyak tugas? Dimarah senior? Gue gamau
melebih-lebihkan seolah di UI semua itu gaada. Kenyataannya itu ADA, tapi yang
membedakan ospek di Universitas yang katanya nomor wahid di Indonesia dengan di
Universitas lain ada di manfaat dan kadar ‘kemanusiaan’nya. Ospek di UI beda
sama MOS di SMA gue yang isinya marah-marah kosong, sengaja nyari kesalahan
siswanya, dan jadi ajang bagi senior buat ngetes seberapa tinggi kemampuan
mereka untuk marahin adik kelas. Satu hal yang gue salut dari Ospek yang gue
jalanin tingkat Universitas, FISIP, hingga Komunikasi adalah kita hanya
mendapatkan ‘amarah’ senior JIKA KITA MELAKUKAN KESALAHAN. Maksud gue, ketika
ada maba yang melakukan kesalahan selama ospek, biasanya dia akan dibawa jauh
dari maba yang ‘patuh’ aturan dan ‘disemprot’ disana sehingga maba yang patuh
gaakan kena ‘semprot’ juga. Dari pengalaman gue, Ospek di UI bener-bener
didesain untuk mengenalkan kita ke kehidupan kampus.
PSAK FISIP UI |
Secara umum, tugas Ospek di UI sangat-sangat manusiawi. Dari OKK UI gue belajar cara aproach senior yang gak gue kenal melalui tugas yang viral banget di Line bernama “Berbagi Cerita”. PSAK FISIP UI juga ngajarin gue berpikir kritis dengan berbagai permasalahan yang ada di sekitar kita (sumpah ini ospek paling memorable tapi takut kepanjangan kalo gue ceritain disini semua à bisa request di komentar kalo mau). Gak kalah keren juga Ospek jurusan berjudul Comspire (Communicate to Inspire) yang walaupun sekitaran tiga bulan tapi bener-bener pas buat ngasi kita gambaran “Jadi mahasiswa komunikasi emang ngapain aja sih”.
Comspire |
Hal menarik lain yang gue temuin di Ospek UI adalah bintang tamunya yang keren-keren. Gara-gara OKK gue bisa jabat tangan sama Menteri Keuangan Sri Mulyani (tentu sambil gue instastory-in :v), Jabat tangan sama Kunto Aji (juga gue masukin story :v), dan mendapatkan idola baru gue saat itu, Iman Usman (cari sendiri di Google). Kalo bintang tamu di PSAK FISIP katanya sih keren, cuman waktu itu gue gak terlalu tau (setiap tingkatan ospek punya + - nya masing-masing). Sama kayak PSAK, Comspire juga minim bintang tamu tapi gak papa lah (ospek kok malah nyari artis :v) yang penting tetep berbobot isi materinya.
Awal Mula Menjadi Aktivis Kampus
“Apa sih
ekspektasi kalian selama kuliah”
“Aku pengen aktif berkegiatan di kampus selama kuliah, memperdalam soft skill yang dibutuhkan di dunia kerja, punya banyak teman supaya link menuju dunia kerja terbuka lebar, dan gak lupa aku pengen lulus dengan IPK di atas 3.5 kak”
“Dasar maba (*dalam hati) Bagus sekali Jeremy, bener tuh buat yg lain kita harus punya mimpi blablabla...”
“Aku pengen aktif berkegiatan di kampus selama kuliah, memperdalam soft skill yang dibutuhkan di dunia kerja, punya banyak teman supaya link menuju dunia kerja terbuka lebar, dan gak lupa aku pengen lulus dengan IPK di atas 3.5 kak”
“Dasar maba (*dalam hati) Bagus sekali Jeremy, bener tuh buat yg lain kita harus punya mimpi blablabla...”
Sebelum gue
ospek, bahkan sebelum daftar ulang gue sudah daftar yang namanya Best Wanna Be UI 2017 , salah satu
kegiatan pelatihan soft-skill yang
dibawakan BEM UI dengan embel-embel selain mendapatkan pelatihan, peserta
terbaiknya akan mendapat kesempatan ‘magang’ di BEM UI 2017. Gue putuskan untuk
mendaftarkan diri gue sehingga gue harus membuat CV dan Esai. FYI gue
sebelumnya gak tau sama sekali apa itu CV dan you know what? Biasanya orang pamer kepanitiaan dan prestasinya
yang bejibun di CV (apalagi lawan gue sekarang ‘sesama’ anak UI) sedangkan gue?
Liat aja sendiri CV pertama gue.
Bocah banget ya? |
Singkat cerita
gue hopeless sehingga lambat laun gue
lupa dan gak ngarep lagi (pendaftarnya 1000 lebih cuy, yg diterima cuma 150an),
tapi gue gatau pas September awal pengumuman keluar dan GUE KETERIMA!!
Kalo kata kakak-kakak BWB UI yang bikin gue besar kepala:
“Dari ribuan anak UI tahun ini, masih banyak yang males-malesan, asal kuliah, dan lainnya. Tapi Kakak percaya, kalian adalah 150 orang terpilih yang bener-bener mencerminkan anak UI yang sebenernya”
Bener aja, dari
BWB UI gue kenal sama anak-anak lain yang rata-rata pengalamannya gila-gilaan. Something yang gue sadar adalah anak BWB
keliatan dari tampang luarnya pada culun, tapi dalemannya sukses bikin
gue ngerasa ga ada apa-apanya. Entah ketua Osis lah, juara umum 1 di sekolahnya,
atau jadi ketua pelaksana dimana-mana, TAPI mereka BAIK dan gak segan-segan
membagi ilmu dan motivasi ke gue (yang kayak merasa rendah ini). Gara-gara BWB UI gue
dapet seminar dengan pembicara yang motivasinya kena banget di hati,
pelatihan-pelatihan keren, dan sharing bersama
Ketua dan Wakil Ketua BEM UI 2017 dimana gue kagum banget sama mereka dari
semenjak gue belum keterima UI.
Bersama Kak Mujab dan Kak Yoga |
Beberapa ilmu yang pengen gue bagiin ke kalian dari BWB adalah
“Kita gak akan pernah tahu batas kita sampai dimana, hingga kita berani mencoba”
“Percuma kita ada di semua kegiatan, tapi kita cuma jadi nothing yang gak memberi kontribusi maupun pengaruh apa-apa”
“Saat kamu gak bisa keluar dari zona nyamanmu, kamu ga akan tahu sejauh mana orang lain (atau teman terdekatmu) telah berkembang”
Dan seminar BWB ngajarin gue satu hal penting
“Jeremy, lo jauh dari keluarga, effort lo jauh lebih besar dari temen-temen lo. Jadi lo harus manfaatkan setiap detik pun waktu lo selama lo kuliah di sini, lo gak boleh jadi mahasiswa yang biasa-biasa aja.”
Dan itulah awal gue menjadi seorang..
“Budak Proker”
Proyek Angkatan BWB UI 2017: Health and Fun Day |
Melihat CV yang
gaada kepanitiaannya sama sekali, gue berinisiatif untuk mengikuti kepanitiaan
sebanyak-banyaknya yang gue bisa. Selama satu semester, gue sukses aktif dalam
5 kepanitiaan dari tingkat universitas hingga jurusan (bahkan paguyuban).
Motivasi utama gue waktu itu adalah menambah soft skill, tapi kenyataannya gue dapet lebih dari itu. Firstly gue mulai kenal divisi-divisi di
kepanitiaan itu seperti divisi acara, publikasi dokumentasi, peralatan, dan
lain. Kedua tentunya soft skill yang
seringkali kita dapatkan secara gak disadari. Ketiga dan yang luar biasa
penting adalah teman dan link yang sangat berguna.
Satu tips dari
gue, ketika kita diterima dalam suatu kepanitiaan berarti kita telah dipercaya
sehingga kita harus buktikan kepercayaan itu dengan komitmen (sering muncul,
gak ilang-ilangan) dan semaksimal mungkin buatlah suatu impact yang istilahnya “Kalo gaada gue, kepanitiaan ini gaakan
blablabla”. Keliatannya susah? Jelas susah. Setiap kali gue diterima dalam
kepanitiaan pun gue ragu apakah bisa ngejalanin tugas gue (terutama di kepanitiaan
pertama gue), tapi seiring waktu, saat ini gue gak ragu lagi buat ikut
kepanitiaan dan ngambil jobdesk besar
karena pada dasarnya disitulah kita diuji. Diuji perihal bagaimana kita
memecahkan masalah, melaksanakan sesuatu se-efektif dan sehemat mungkin,
mempersuasi orang supaya tertarik ikut serta dalam acara kita, berani bertanya
kepada yang berpengalaman ketika kesulitan, dan yang terpenting adalah belajar
bertanggungjawab atas kepercayaan yang orang berikan kepada kita.
Jujur walau gue
orangnya agak ‘berkepala besar’, tapi gue ngerasa punya sifat yang setiap
kepanitiaan butuhin, dan mungkin bisa jadi referensi buat lo yang pengen sukses
di kepanitiaan. Gue orangnya friendly, gampang
akrab ke orang yang baru kenal. Lalu gue orangnya pecundang (sangat membenci
kegagalan) sehingga ketika diberi suatu tugas atau kepercayaan gue bakalan
ngelakuin itu semaksimal yang gue bisa. Lalu gue orangnya sangat fast-respon (mungkin karena jomblo), gak
ngilang-ngilangan, dan lumayan gercep dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan (karena gue bukan deadliner).
Edufair Bali 2018 |
Dampak sifat yang gue sebutin di atas biasanya bakal terasa saat semester 2 ketika
kebanyakan kepanitiaan bersifat close
reqruitment. Close reqruitment itu cara dimana lo bakal di-chat (atau ngomong langsung) oleh
perwakilan kepanitiaan untuk diminta menjadi bagian dari kepanitiaan tersebut
tanpa tes, tanpa wawancara, dan tanpa ribet-ribet nunjukkin CV. Sebenernya
kunci utama kalo mau di-closereq cuma
dua, pertama lo harus punya sifat yang gue sebutin di atas, kedua lo harus
punya banyak temen (link).
Mahasiswa UI Ambis-Ambis?
Ilmu Komunikasi UI 2017 |
Sekarang kita
beralih ke kehidupan akademis. Ini adalah urusan yang harusnya lo nomor satukan
dalam perkuliahan, tidak terkecuali gue. Pertama kali sekelas sama anak UI
jujur gue shock sama kepintaran
mereka. Tampangnya aja diluar kayak bencong, freak, atau suka ngerokok di kantin, tapi jangan salah, dalemannya KAMPRET
BIKIN GUE IRI. Udah otaknya pinter, bisa ngomong, bisa debat, wawasannya seluas
samudra lagi. Ini bikin gue mikir, “Anjirr, ini gue bisa apa?”. Oke mungkin gue
terlalu lebay jelasinnya, sebenernya gak semua anak UI kayak gitu, pasti tetep
ada generasi bobrok juga. Seperti pepatah, “Sebagus-bagusnya kota, pasti tetep
ada selokannya”. Walau begitu, pandangan gue ke anak UI tetep waspada, karena
persaingan disini lumayan tinggi, orang yang bilang “Aduhhh, gue belum belajar
sama sekali, manalagi kuis take-home entar
malem,” bisa jadi orang yang bakal diem-diem punya nilai 90an ke atas.
Kak Jeremy Sendiri Ambis Gak?
Kalo bicara
akademis di semester 1 bisa dibilang gue orangnya santai walau gak santai banget.
Gue masih belum sadar akan pentingnya IP dan sakitnya mendapat IP kecil. Walau
gue sering bilang kalo gue bakalan mengutamakan akademis dibandingkan urusan
lain, gak jarang itu cuman jadi bullshit
di semester 1. Walau begitu gue gak pernah ngegampangin tugas atau kuis yang
diberikan, sehingga gue selalu berusaha dapetin nilai terbaik yang gue bisa.
Selain itu, gue orangnya bukan deadliner,
dimana gue gak suka menyelesaikan tugas kuliah malam h-1 sebelum
dikumpulkan. Gue punya sifat ini karena memang gue punya manajemen waktu yang baik.
Gue akan menyelesaikan to do list gue
kapan pun ada waktu kosong.
Semester 1 bakal
banyak dibantu oleh matkul-matkul auto a seperti
MPK Olahraga dan MPK Agama. Jadi ga susah-susah amat ngedapetin cumlaude pas semester 1. Kalo matkul
lain sih tergantung dosen ya. Satu hal yang gue sadari agak ga adil di dunia
perkuliahan (gak cuma di UI) adalah IP atau nilai lo gak sepenuhnya bergantung
pada seberapa besar usaha lo, melainkan seberapa baik dosen lo ngasi nilai. Ada
dosen yang perfeksionis, ada yang auto, dan ada juga dosen yang bakal
ngasi nilai bagus kalo lo berhasil cari muka di depan dia (sampe nama lo
dikenal itu dosen).
Jujur gue sedikit
banyak terpengaruh sama lingkungan belajar disini yang sangat kompetitif.
Ketika gue melihat ada orang yang kritis atau pinter gue selalu mikir, “Dia aja
bisa, masa gue engga” sehingga ngebuat gue mau mencoba untuk mau belajar serius
di kelas dan bertanya (ceritanya gak mau kalah aktif) semisal ada yang gak gue
paham. Honestly, gue sangat nyaman
dengan lingkungan seperti ini yang gak gue dapetin semasa gue SMA di Denpasar.
Akhir Dari Sebuah Awal
Gue pikir sekian
dulu postingan gue kali ini. Semoga dengan adanya postingan ini bisa memberi
bayangan kehidupan semester 1 di kampus kuning ini. Sejujurnya masih banyak banget hal-hal yang bisa gue ceritain di semester 1 ini, cuman gue takut kepanjangan aja. Sebagai gantinya, gue masih punya banyak foto-foto yang mungkin bisa menggambarkan kehidupan gue selama semester satu.
Natal Persekutuan Oikumene FISIP - FIA UI 2017 |
Comm Brother |
Kom Goes to FISIP Premier Games 2017 |
Gelmab FISIP UI 2017 |
Kalo boleh tau kakak kuliah jurusan apa di UI? Btw bagus banget blognya apalagi aku juga ngerasain satu SMA sama kakak wkwk, makasi kak udh sharing pengalamannya
BalasHapusJurusan Ilmu Komunikasi nih
HapusKeren banget mas jeremy, salam dari saya calon Maba FIB, Sastra jawa 2020
BalasHapusSalam kenal
HapusKerenn. Salam dari calon Maba Aktuaria 2020. Semoga ambis nya nular
BalasHapusYess salam kenal hehe
HapusAku gak nyangka kak ada foto ku di blog kakak ini, cupu banget aku kak
BalasHapusBlog nya keren abis
BalasHapusKAK BOLEH MINTA IGNYA ?
BalasHapus@jerebagas yaa
Hapus